Sahur Bola
Sahur Bola

Sahur Bola

- +
Makan sahur bagi sebagian orang yang tidak terbiasa bangun malam adalah hal yang melelahkan. Pasalnya, ini adalah momen sedang asik mengembara di alam mimpi, harus bangun sekedar menyantap satu atau dua sendok makanan. Kalau ada pembantu, ya enak langsung makan, tapi bagi si perantau dan si anak kos? Tentu punya kerumitan tesndiri, masak sendiri, atau paling tidak harus bersabar ngantri beli nasi rames di warung sebelah. 

Sahur bola (ilustrasi)

 Sebagian orang memilih makan sahur setelah tarawih, atau bahkan memutuskan untuk tidak makan sahur. Tetapi pada momen tertentu, makan sahur menjadi monent paling nikmat bagi si pecinta bola, karena tim sepak bola favoritnya sedang berlaga. Itulah dia sahur bola.

Sahur bola merupakan rangkaian nonton bola disaat sahur. Sahur bola sangat efektif membangunkan para pecinta bola untuk bangun lebih awal sebelum sahur. Rasanya akan semakin nikmat menyantap sahur sambil nonton bola, atau bahkan tidak sahur pun tontonan bola tadi sudah cukup mengisi tenaganya sehari karena tim favoritnya menang telak.

Sahur bola akan lebih nikmat apabila di dahului dengan shalat malam terlebih dahulu, atau setelahnya, atau bahkan lebih berfaedah lagi apabila “tindak jadi nonton bola” melainkan dialihkan kepada shalat dan dzikir kepada Allah SWT. Tadarus dan mengaji al-Quran bisa juga jadi pengganti, walau memang sungguh berat, terasa berat karena tidak terbiasa dan kurang rasa cinta.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nielsen Sport mengungkapkan bahwa 77% penduduk Indonesia adalah pecinta bola. Bayangkan sekarang, berapa juta penduduk Indonesia yang gila bola. Itu artinya dalam satu pertandingan, berapa juta orang di Indonesia yang nonton bola (di depan televisi), terlebih pada waktu sahur.

Bermula dari rasa suka nonton bola, walau “tak suka” main bola. Ada kan yang begitu? Rasa suka akan terus mengalir dan semakin tumbuh menjadi cinta, dari cinta akan purna menjadi “gila”.
Ini menunjukkan betapa dahsyatnya rasa suka dan cinta. Cinta kepada bola, bangun tidur dalam keadaan pusing pun akan disempatkan switch on televisi. Awalnya cinta, lama-lama bisa gila. Kalau sudah gila, dengan cara apapun pasti terlaksana. Akhirnya pasti bisa nonton bola, sesibuk apapun, sakit, atau lelah, tidak akan dapat menghalangi.
Begitu juga ketika cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, cinta pada agama, cinta pada diri sendiri dan keluarga, tentu akan sama. Dari suka jadi cinta, dari cinta jadi gila. Suka baca Al-Quran, suka shalat malam. Namun sayangnya belum pernah di dengar kata/istilah orang “gila baca Al-Quran” atau “Gila Shalat”.

Memang betul, tak layak penggunaan kata gila dalam bidang ibadah dan agama, jika yang dimaksud adalah gila yang membabi buta. Karena pada asalnya “semua ibadah itu hukumnya haram, kecuali ada dalil yang membolehkannya”. Tetapi maksud dari kata “gila baca Al-Quran” disini, sebagaimana “gila bola” tadi, di mana selalu menyempatkan diri dalam keadaan apapun, sibuk kah, sakit, atau lelah kah? Begitu juga dengan shalat, sesibuk apapun, jikalau cinta, pasti akan menyempatkan diri untuk shalat terutama shalat lima waktu berjamaah di masjid. Ini hanya persoalan istilah belaka.
Jadi, orang gila bola akan sahur bola. Sedang orang cinta pada Allah dan Rasul-Nya akan sahur sesuai tuntunannya. Sesederhana itu? Iya, hanya saja implementasinya menjadi agak rumit. Mengapa rumit? Rumit dan semakin rumit karena tidak pernah mau diiplementasikan. Tapi dengan “cinta” akan menjadi mudah, karena cinta adalah sumber dari keikhlasan. Keikhlasan akan melahirkan semangat untuk melaksanakan apa yang dikatakan oleh cinta.
Diperbarui
Tambahkan Komentar
Sahur Bola

Sahur Bola